Di antara mitos, atau informasi yang salah tentang HIV/Aids adalah sebagai berikut :
- HIV bisa tertular akibat berada dekat dengan penderita, bergaul, berjabat tangan, berpegangan, berpelukan, dsb.
Faktanya
: HIV hanya bisa tertular melalui kontak dengan cairan tubuh seorang
penderita positif HIV/Aids yang kemudian masuk ke tubuh orang normal,
baik melalui darah, cairan kelamin ketika berhubungan seksual, dan ASI. Bergaul, menghirup udara di dekat penderita, berjabat tangan, berpegangan, berpelukan dengan penderita sama sekali tak akan membuat virus HIV bisa berpindah. Gigitan nyamuk yang pernah hinggap di penderita HIV pun juga tak akan membawa virus tersebut. Memakai alat makan bersama atau berbagi toilet
dengan penderita juga tak akan membuat seseorang terinfeksi HIV/Aids.
Beraktivitas bersama memakai alat-alat olahraga sehingga ada kemungkinan
terkena keringat penderita juga tak akan membuat seseorang terkena HIV. Air mata pun juga tak akan memindahkan virus HIV.
- Berciuman dengan penderita membuat seseorang terinfeksi HIV.
Faktanya : Belum ada kasus seseorang menderita HIV/Aids akibat berciuman.
Berciuman biasa bukanlah termasuk hal yang dilarang dalam aturan
petunjuk lembaga kesehatan dalam mencegah penyebaran HIV/Aids. Akan
tetapi ada rekomendasi untuk tidak melakukan french kissing (berciuman dengan mulut terbuka) karena kemungkinan terekspos dengan darah dari bagian dalam mulut yang terluka.
- Oral seks, anal seks aman, dan bebas dari resiko terinfeksi HIV/Aids
Faktanya : seseorang bisa terinfeksi HIV akibat oral seks
(seks dengan mulut), apalagi dengan anal seks (seks melalui dubur)
dengan seorang penderita HIV/Aids. Oral seks dengan kondom dianjurkan
bagi orang-orang yang terlibat dalam aktivitas berisiko.
- Seseorang terlihat sangat sehat sehingga tak mungkin ia adalah seorang penderita HIV.
Faktanya : seseorang bisa terinfeksi HIV tapi tetap sehat dan segar bugar hingga sampai belasan tahun, akan tetapi dalam masa itu ia tetap bisa menularkan HIV/Aids
kepada orang lain melalui hubungan seksual, berbagi jarum suntik
(termasuk untuk tato, dan alat yang melukai tubuh lain), pemberian ASI,
dsb. Satu-satunya cara untuk memastikan seseorang terinfeksi HIV adalah dengan tes darah.
- Anak yang terlahir dari seorang ibu penderita HIV pasti juga terinfeksi HIV
Faktanya : seorang ibu yang positif HIV bisa memiliki bayi yang bebas dari HIV.
Akan tetapi resiko tertularnya bayi dari ibu yang besar (sekitar 25%)
bisa diturunkan menjadi hanya sekitar 2% jika ibu mendapat perawatan
tepat dan pengobatan obat antiretroviral selama kehamilan sampai ketika
melahirkan. Anak yang baru lahir juga bisa diberikan obat
antiretroviral. Bedah cesar juga bisa menjadi pilihan ibu yang positif
HIV ketika melahirkan anaknya.
- Hidupku berakhir ketika terdeteksi HIV positif
Faktanya : seorang penderita HIV positif bisa hidup normal sampai
belasan tahun, dan ada yang tetap hidup hingga sekitar 20 puluh tahun.
Ini terkait dengan program perawatan yang ia terima antara lain melalui
terapi obat antiretroviral yang lebih dini, pola hidup sehat, dan
pengobatan tepat terhadap penyakit lain yang muncul.
- Penderita yang sedang menjalani terapi dengan obat anti retroviral tak bisa menularkan HIV ke orang lain.
Faktanya
: obat anti retroviral hanya akan menurunkan jumlah virus di dalam
tubuh penderita sampai ke level yang susah untuk dideteksi (akibatnya
bisa hidup sehat lebih lama), akan tetapi ia masih bisa menularkan virus HIV kepada orang lain.
- Tes HIV tak ada gunanya.
Faktanya
: dengan melakukan tes darah untuk memastikan seseorang yang berisiko
terkena HIV atau tidak, ia akan bisa mendapatkan perawatan dini dan
hidup lebih lama jika terbukti positif HIV. Ia pun bisa terhindar dari
menularkan penyakitnya kepada orang lain, apalagi pada orang-orang yang
dicintai seperti pasangan hidup dan anak, dengan mengetahui
metode-metode pencegahan yang tepat.
Informasi tentang beberapa mitos dan kesalah-pahaman tentang HIV/Aids
di atas diambil dari berbagai sumber terpercaya, dan juga merupakan
pelengkap dari tulisan sebelumnya “Beberapa Mitos Seks Terkait Penyakit Infeksi Menular Seksual”.